Suka
duka menghafal Qur’an 2
Oleh:hafid ridwan
Hari demi hari terus berlalu, keseharian kami selalu bersama alquran. Mengaji dari bangun tidur sampai jam 7 pagi, istirahat, ngaji lagi sampai dzuhur, istirahat, setelah ashar ngaji lagi, olahraga sebentar, ngaji lagi sampai malam. Mungkin terlihat membosankan kan? santri biasa, menghafal sampai jam 6 pagi saja sudah banyak yang gak tahan. Perlu diketahui, kami bukan anak spesial yang kuat duduk seharian hanya menghafal alquran. Hanya saja, kami sudah terbiasa. Memang membosankan awalnya, tetapi setelah kami jalani, beserta pemahaman akan pentingnya hafal Alquran, juga keutamaan bagi orang orang yang menghafal Alquran, semua jadi terasa ringan. Intinya kita harus menghafal-muroja'ah-istiqomah.
Ma’had tahfidz, yang
awalnya hanya diisi oleh segelintir orang, makin hari makin ramai. Santri aliyah
di bin baz 2 mulai pindah ke ma’had tahfidz satu persatu. Tapi sayang, ada
beberapa teman kami yang ingin masuk mahad tahfidz, tapi tidak direstui oleh
orang tuanya. Bahkan, ada yang sudah menjalani ma'had tahfidz setengah tahun dan
meninggalkan kelas aliyah cukup lama, terpaksa
kembali ke aliyah dengan segala ketertinggalan, hanya karena orang tuanya
tidak setuju. Aneh memang, begitulah kenyataan nya. Banyak orang tua yang
ragu, apakah bisa anaknya menghafal Alquran dalam 1-2 tahun? padahal anak anak
sudah mondok 5 tahun, tapi hafalan nya segitu gitu aja. Bagaimana bisa
menyelesaikan hafalan 1-2 tahun dengan meninggalkan sekolah? buang buang
umur, katanya. Bukannya mereka tidak suka anaknya menghafal, akan tetapi mereka
khawatir akan masa depan anaknya. Mereka hanya perlu diyakinkan, apabila
seseorang ingin menghafal alquran dengan baik, maka dia harus memiliki waktu
khusus untuk menghafal Alquran. Menyisihkan beberapa bulan atau tahun, untuk fokus
menghafal Alquran. Memang banyak santri santri yang menyelesaikan hafalan nya tanpa
harus meninggalkan sekolah, akan tetapi kebanyakan hafalan mereka tidak sebaik santri
santri ma'had tahfidz. Menghafal Alquran harus telaten, sering diulang, dan tidak
boleh main-main. Pikiran harus jernih, jangan memikirkan macam-macam. Hafalan quran lebih cepat hilang daripada unta yang diikat.
Walaupun dilarang
orang tua, mereka tidak menyerah. Maa sya Allah, setiap waktu tahfidz (diluar jam
sekolah mereka,-pent )mereka berjalan
dari bin baz 2 atau bin baz 1 ke ma’had
tahfidz. Pagi pagi buta mereka berjalan, berangkat sebelum subuh, hanya untuk
menghafal alquran. Ditambah lagi, kalau tahfidz bada subuh atau tahsin bada
isya, terkadang mereka tidak sarapan
atau pun makan malam. Di pondok sana sudah habis, mengingat waktu makan sudah lewat
terlalu lama. Mereka mengorbankan itu semua, hanya untuk 1 alasan. Tahfidz Alquran. Semoga Allah membalas
mereka semua dengan kebaikan.
- Ujian
Tahfidz
Ujian tahfidz di
ma'had tahfid berbeda dengan ujian tahfidz di pondok. Kalau di pondok, ujian hanya
dilaksanakan setelah menghafal 1
juz, atau di akhir semester untuk pengambilan nilai. Di ma'had tahfidz kami ujian
setiap bulan. Berapa pun hafalan yang kita hafal dan kita muroja'ah dalam bulan
tersebut, harus di uji kan. Misalnya, kita dalam sebulan menghafal 2 juz hafalan
baru dan muroja'ah 5 juz. Maka kita akan
diuji 7 juz oleh syaikh. Kalau lulus, kita boleh melanjutkan hafalan. Kalau
tidak, harus mengulang. Jadi, kita memang terdidik untuk tidak terburu buru dalam
menghafal, yang penting mutqin. Apa artinya hafal 30 juz, tetapi ketika di tes
hasilnya nihil?
Sebenarnya, ujian
bersama syaikh tidak begitu susah. Akan tetapi, entah mengapa, kami benar benar
takut. Untuk persiapan ujian, terkadang menghabiskan 2 minggu. Sulit untuk percaya
diri dengan hafalan kami. Padahal ketika ujian, soal soal tidak sulit juga. Hanya
saja, terkadang syaikh menanyakan tentang ayat ayat mutasyabihat (ayat ayat yang
hampir sama), atau beberapa pertanyaan seperti “ada berapa surat yang diawali haa miim?””apa nama lain dari surat
al-insaan?”
Ditambah
lagi, setelah kami menghafal 15 juz, maka ada istilahnya “imtihaan nishful
quran” yang artinya “ujian setengah alquran” dan ujian ujian lainnya.
- Bahasa
Arab
Ma'had Idad
Muallimin Quran bil Ijazah adalah kawasan WAJIB berbahasa arab. Dari yang kecil
hingga besar, tanpa pengecualian. Sehari hari berbicara bahasa arab, baik
di kelas, asrama, bahkan ketika bermain futsal. Memang berat pada awalnya, tetapi
sebagaimana kata pepatah, ”biasa karena biasa” maka mudah mudah saja bagi
kami. Tidak perlu takut salah, karena akan banyak kakak kelas yang akan
membenarkan.
Padahal, tidak
ada yang namanya Qism Lughoh atau jasus, yang mencatat nama nama santri yang
berbicara bahasa Indonesia dan menghukum mereka,tidak juga pemukulan atau
push-up dan sejenisnya. Kenapa bisa berjalan? Disana hanya ada Shunduqul
Lughoh. Barang siapa yang berbicara bahasa Indonesia, maka harus memasukkan Rp.500
setiap kata nya kedalam kotak tersebut. Dengan prinsip kesadaran, kotak itu selalu
terisi dan bahasa arab menjadi bahasa sehari hari.
- Hafal
30 juz
Setelah 9
bulan kami di ma'had tahfidz, Alhamdulillah sudah banyak santri yang berhasil
menghafal 30 juz. Tepatnya pada bulan maret, aku berhasil menyelesaikan
hafalan ku, dengan Al-baqoroh sebagai penutup nya. Tidak hanya selesai
disitu, syaikh menyuruh ku untuk menyetorkan seluruh hafalan kepada murid murid
senior yang telah mendapatkan sanad. Alhamdulillah 'alaa kulii haal, aku bisa
memuroja'ah 30 juz tersebut dalam jangka waktu 1,5 bulan.
Setelah itu, baru
lah syaikh memanggil ku untuk membacakan hafalan kepada beliau. Dimulai dari
Al-fatihah. Sampai pada surat At-taubah, setoran saya terputus dikarenakan liburan
ramadhan dirumah. Seusai liburan, aku pun berencana melanjutkan setoran. Akan
tetapi Qodarullah, syaikh sudah tidak mengajar di ma'had tahfid karena beberapa masalah. Kami
semua turut bersedih karena kepergian beliau. Tapi beberapa bulan kemudian, kami
mendapat kabar bahwa syaikh mengajar di Jogja, walaupun tidak di bin
baz. Alhamdulillah kami masih bisa bertemu, dan aku meminta izin untuk melanjutkan
setoran yang sempat terputus. Syaikh pun mengizinkan dengan senang hati,dan
akhirnya aku bisa melanjutkan setoran. Karena lokasi yang jauh dari pondok ku dan
kesibukan syaikh, aku hanya bisa setoran setiap hari kamis sore dan jumat pagi
ditempat beliau.
Waktu itu cukup
berat, karena jauh nya jarak yang harus kutempuh, apalagi kalau cuaca sedang
hujan. Tidak jarang aku kehujanan dan basah kuyup. Setelah aku menjalani masa
tersebut hampir setahun, dengan izin Allah aku menyelesaikan setoran hafalan. Dan setelah itu syaikh menyerahkan sanad dengan riwayat Hafidz dari jalan
thoyyibatun Nasyr kepada ku sebagai hasil jerih payah serta suka duka menghafal Alquran.
Sebagai
penutup, kami ingin menghimbau bagi para penghafal alquran untuk bersunggguh
sungguh. Karena dengan kesungguhan, doa dan tawakkal nya kepada Allah akan
memudahkan jalan yang kita tempuh. Terus semangat dan jangan putus asa. Akan
banyak sekali keutamaan yang diraih oleh para huffadz, dunia maupun akhirat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar